Webinar ALIF berkajian intensif. AlhamdulillahIt’s Friday disingkat ALIF merupakan program webinar AMMPI yang diselenggarkan pada hari Jumat dengan materi dan narasumber para expert di bidangnya untuk menjalin silaturahim, sharing pengalaman dan membangun sinergitas. Webinar ALIF perdana bertajuk Mitigasi Bencana Dalam Perspektif Islam dengan narasumber Suradi, SE, MM yang juga mengemban amanan sebagai Ketua Umum DPP AMMPI.
Acara webinar ALIF perdana tersebut diselenggarakan pada Jumat, 7 Maret 2025 mulai pk 14.00 s.d. 15.00. Acara ini terbuka untuk umum dan gratis. Turut bergabung di acara ini para pejuang mutu dan produktivitas yang mewakili perusahaan, lembaga dan atau organisasi sosial kemasyarakatan lainnya. Berperan sebagai Host Reyza yang juga menjabat sebagai sekjen DPP AMMPI.
Edukasi masyarakat di wilayah rawan bencana. Dalam kesempatan yang berharga dan mulia ini KAPUSDIKLAT BNPB (Dr. Kheriawan) berkenan dan berkesempatan bergabung di tengah penanggulangan banjir yang melanda JABODETABEK dan sekitarnya. Lebih lanjut KAPUSDIKLAT BNPB menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan webinar ALIF AMMPI ini sebagai aktualisasi tindakan sosial kemanusiaan khususnya yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Menjadi kesadaran bersama bahwa tingkat bencana di Indonesia termasuk tinggi dan berdampak besar kepada masyarakat pada umumnya dan para pemangku kepentingan. Ada beberapa faktor yang menjadi perhatian kita bersama antara lain kurang siapnya masyarakat dan ketidaktahuan dalam melakukan mitigasi bencana. Kesadaran dan pemahaman mitigasi bencana sangatlah penting terutama untu mengurangi dampak terjadinya bencana. Karena sesungguhnya bencana itu pasti terjadi sejak jaman para nabi. Sehingga banyak pembelajaran atau kisah terjadinya bencana dan mitigasi bencana di jaman nabi seperti nabi Nuh dengan bencana air bah.
Dari beberapa bencana yang terjadi di Indonesia selain berbagai dampak yang kita rasakan maka ada ketegaran dan pembelajaran seperti bencana Tsunami di Aceh. Alhamdulillah tidak ada orang Aceh yang terdampak oleh bencana Tsunami tersebut kemudian gila atau melakukan bunuh diri. Di negara lain kita masih mendengar berita adanya dampak bencana ini korban melakukan bunuh diri dan keputusasaan dalam menghadapinya. Oleh karena itu secara umum sebagai langkah dini dan mitigasi bencana maka dilakukan edukasi terutama kepada masyarakat Indonesia yang intensitas terjadinya bencana tergolong tinggi.
Pengantar nambah sadar. Lebih dekat dan lebih akrab dengan Suradi pengemban amanah sebagai Ketua Umum DPP AMMPI dan juga mendedikasikan diri berkiprah dan berkarya di organisasi sosial kemasyarakatan di kota Tangerang Selatan antara lain Dewan Masjid Indonesia (DMI), ICMI, Dewan Dakwan dan Forum Masjid Musholla BSD dan sekitarnya (FMMB). Dalam kesempatan webinar ALIF ini berbagi ilmu dan hikmah tentang “Mitigasi Bencana Dalam Perspektif Islam” sebagai tindak lanjut mengikuti pelatihan mitigasi bencana yang diselenggarakan oleh BNPB.
Indonesia termasuk negara yang memiliki risiko bencana tertinggi di dunia dengan kondisi geografis dan letak kepulauan Indonesia diantara lempeng besar Indoaustralia, lempeng pacific dan Indoaustralia Indonesia berada di posisi Ring of Fire atau titik api yang memiliki ratusan gunung berapi yang memiliki potensi besar menjadi ancaman bencana yang sewaktu-waktu akan terjadi.
Bencana yang terjadi disebabkan oleh faktor alam maupun ulah manusia sehingga setiap penduduk Indonesia butuh pemahaman kerawanan bencana terutama di wilayahnya masing-masing yang telah teridentifikasi bencana yang berpotensi terjadi.
Allah sebagai sang Pemilik alam semesta dan yang Maha Kuasa atas segala kejadian apapun di dunia ini memberikan petunjuknya keselamatan dan perlindungan kepada umat manusia yang diajarkan dalam Al Quran, Sunnah Rasul dan kisah bencana zaman Nabi atau Rasul (Nuh AS, Luth AS, Hud AS, Saleh AS, Yusuf AS). Ilmu pengetahuan, tekhnologi dan pengalaman dari peristiwa peristiwa sebelumnya menjadi pembelajaran (ibrah) untuk bencana yang akan datang.
Indonesia sebagai laboratium bencana. Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana di Indonesia terdapat 13 jenis bencana yang terbagi dalam 3 kelompok yaitu bencana alam (6 bencana : gempa bumi, tsunami, gunung Meletus, banjir, kekeringan, angin topan, tanah longsor), bencana non alam (4 bencana : gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, wabah penyakit) dan bencana sosial (2 jenis : konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, terror).
Pengertian Mitigasi Bencana
Mitigasi :
Mitigasi adalah tindakan untuk mengurangi dampak bencana, risiko, atau bahaya. Mitigasi dapat dilakukan melalui berbagai upaya, seperti pencegahan, penyadaran, perencanaan, dan pembangunan fisik. Dapat dilakukan sebelum, selama dan setelah bencana terjadi
Bencana :
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak sosial lainnya. (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana)
Bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.
Mitigasi bencana :
Mitigasi bencana adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana, baik sebelum maupun sesudah bencana terjadi. Tujuan mitigasi bencana adalah untuk mengurangi dampak bencana, seperti korban jiwa, kerugian ekonomi, dan kerusakan sumber daya alam. Mitigasi bencana merupakan langkah awal dalam manajemen dampak bencana.
Mitigasi bencana pra, saat dan pasca bencana.
Dalam Islam mengajarkan bahwa apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali)” (QS 2:156). Adapun pentingnya menjaga keseimbangan alam dan mencegah kerusakan, yang relevan dalam konteks mitigasi bencana merujuk pada QS 2:11.
Mitigasi Pra Bencana
(QS 30 : 41) : “Telah tampak kerusakan di daratan dan lautan disebabkan oleh perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Penjelasan : Menunjukkan bahwa kerusakan alam adalah akibat dari tindakan manusia, dan mitigasi bencana adalah bentuk tanggung jawab untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Mitigasi Saat Bencana
Hadapi bencana dengan tenang, tidak panik secara berlebihan yang justru menimbulkan korban yang lebih banyak karena pada hakekatnya sesulit apapun keadaan pasti ada jalan keluarnya. Tetap dan terus tolong menolong sebagaimana hadits Rasulullah “Barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim niscaya Allah akan menghilangkan satu kesusahannya di hari kiamat. Barangsiapa menutup aib seorang muslim, niscata Allah akan menutup aibnya di hari kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya (HR Muslim)
Mitigasi Pasca Bencana
Kesadaran atas ujian Allah (QS 29 : 3) : “Sungguh, Kami benar-benar telah menguji orang-orang sebelum mereka. Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui para pendusta.”
Membangun infrastruktur sesuai kebutuhan dan kemampuan. Allah akan memberikan rakhmat kepada seseorang yang berusaha dari yang baik, membelanjakan uang secara sederhana dan dapat menyisihkan kelebihan untuk menjaga saat dia miskin dan membutuhkannya (HR Muslim dan Ahmad).
Prinsip-prinsip dalam Mitigasi Bencana
- Kemanusiaan : menekankan pada pemberian bantuan tanpa diskriminasi.
- Kesamaan : menekankan pada non-diskriminasi dan meringankan penderitaan secara proporsional.
- Kenetralan : menekankan pada tidak terlibat dalam kontroversi dan konfrontasi.
- Kesukarelaan : menekankan pada pelayanan sukarela tanpa mengharapkan keuntungan tertentu
- Ta’awun : menekankan pada solidaritas sosial, setiap orang bertanggung jawab untuk membantu yang lain.
- Empati dan kepedulian : menekankan pada keinginan untuk menjangkau orang lain meringankan penderitaan.
- Saling menghormati : menekankan pada pengakuan keberadaan dan hak setiap individu.
Langkah-langkah Mitigasi
Untuk mempercepat dan mempermudah dalam melakukan mitigasi bencana maka langkah-langkah mitigasi tersebut sebagai berikut :
- Identifikasi potensi bencana alam terutama di lokasi yang terkait
- Analisis risiko dan dampak potensialnya
- Pengembangan rencana mitigasi
- Implementasi rencana mitigasi
- Pemeliharaan dan pemutakhiran rencana mitigasi secara teratur
- Pelatihan dan kesadaran masyarakat tentang mitigasi bencana alam mulai dari memahami konsep bencana, meningkatkan pengetahuan mitigasi bencana, menumbuhkan rasa emoatu dan kepedulian serta mengembangkan ketrampilan dalam penanggulangan bencana.
- Kerjasama antar lembaga dan masyarakat dalam mitigasi bencana alam sehingga dapat menciptakan ekosistem yang bersimbiosis mutualistik sinergik.
Berdiskusi berbagi ilmu dan hikmah. Sebagai media yang komunikatif dan interaktif maka dibuka peserta bertanya dan narasumber menjawab. Hasil tanya jawab tersebut bahwa sebagai bentuk kepedulian dan kontribusi kita untuk meringankan beban saudara kita yang terdampak bencana maka kita mulai berani, mulai hal-hal kecil yang dibutuhkan terdampak bencana, mulai dari diri sendiri kemudian mengajak kepada para sahabat lain dan mulai saat ini sesegera mungkin turun ke lapangan atau ke lokasi penanggulangan bencana. Bantuan yang kita berikan bisa dalam bentuk materi dan bukan materi untuk menyemangati dalam proses pemulihan paska bencana. Untuk jangka panjang pentingnya penguatan kesadaran dan pemahaman masyarakat dan para pemangku kepentingan melalui edukasi mitigasi bencana.
Kesimpulan dan Closing Remark
Di penghujung webinar ALIF ini narasumber menyimpulkan dan menyampaikan closing remark sebagai berikut :
- Mitigasi bencana dalam perspektif Islam tidak hanya soal teknologi dan pendekatan ilmiah, tetapi juga melibatkan nilai-nilai moral dan sosial yang diajarkan dalam Islam.
- Dengan memahami dasar hukum Islam dalam mitigasi bencana, umat Islam dapat lebih tangguh, siap dan tanggap menghadapi berbagai bencana.
- Dari muhasabah ke Muroqobah dengan formula 4 C : Compliance terhadap Kitabullah, Sunnah Rasulullah, Kisah bencana di zaman Nabi atau Rasul dan Regulasi yang berlaku. Commitment : memiliki komitmen tinggi yang berintegritas dan displin dalam berkativitas. Consistent : berusaha konsisten dengan melakukan perbaikan secara berkelanjutan dan berkolaborasi dengan para pihak terkait. Competence : meningkatkan Skill, Knowledge dan Attitude baik hardskill maupun softskill terutama yang terkait mitigasi bencana.
- Lebih baik memulai dari mencerca kegelapan. Caranya move on dengan formula 4 M : Mulai berani, Mulai dari yang kecil, Mulai diri sendiri dan Mulai saat ini
Demikian catatan kecil webinar nasional Alhamdulillah It’s Friday (ALIF) berjudul “Mitigasi Bencana Dalam Perspektif Islam” ini dan diinspirasi oleh spirit message KAPUSDIKLAT BNPB (Dr. Kheriawan).
Indah nian bunga melati, warnanya sungguh menawan.
Mari kita amalkan mitigasi bencana ini, salam tangguh dan semangat kebersamaan.
Jalan-jalan ke Taman Mini, banyak taman yang begitu bersih.
Demikian catatan kecil ini, kami ucapkan terimakasih
