Bermuhasabbah Berprinsip Kaizen

Penulis :  Suradi-Narasumber Webinar ALIF (Alhamdulillah It’s Friday) AMMPI

Webinar ALIF (Alhamdulillah It’s Friday) – Bermuhasabbah Berprinsip Kaizen (8/04/22)

Posisi di era VUCA. Saat ini  kita menghadapi era milenial (menurut perpsektif generasi), era industri 4.0 (menurut perspektif dunia industri), era digital (menurut perspektif teknologi informasi) dan secara umum zaman VUCA yaitu Volatility (mudah bergejolak), Uncertainty (ketidakpastian yang tinggi), Complexity (kompleks tantangan dan permasalahan yang dihadapi ) dan Ambiguity (ketidakjelasan informasi mana yang benar dan mana yang salah).

Era industry 4.0 sebenarnya tidak terlalu dirisaukan seandainya Rasulullah masih hidup. Rasulullah amat senang lebih mudah, lebih cepat dan lebih murah menjangkau wilayah syiar, dakwah dan ukhuwah yang lebih luas. Kerisauan atau keprihatinan yang terjadi adalah  belum bisa memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk menyebarkan nilai-nilai kebenaran. Yang masih sering terjadi adalah menyebarkan nilai-nilai kebatilan dan perilaku maksiat penyalahgunaan narkoba, tindakan kriminal dan menghalalkan segala cara yang bisa  disaksikan di media elektonik di sekitar kita  dan media sosial di genggaman tangan kita.

Antara yang besar dan yang kecil. Dalam dunia bisnis di jaman monopoli yang besar menjadi jaminan untuk tetap sebagai pemenang atau yang mejadi market leader. Namun ketika jaman sudah berubah pada era kompetisi bahkan era digital saat ini, tidak ada jaminan yang besar (the giant) yang selalu menang dan tetap bertahan tapi justru yang kecil bisa menang dan sustainable growth ketika bisa beradaptasi dan berkolaborasi menghasilkan kinerja yang lebih cepat, lebih mudah dan lebih murah.  

Perspektif Produktvitas. Peta demografi Indonesia 2019  Bonus demografi di Indonesia sudah dimulai sejak saat ini hingga puncaknya di tahun 2030, dimana jumlah usia produktif dua kali lebih banyak dari usia non produktif.jumlah penduduk 267 juta 134 juta jiwa laki-laki 132,89 juta jiwa perempuan. Usia produktif 68% 183 juta diantaranya berada dalam usia produktif antara 15-64 tahun Usia tidak produktif 32% Kelompok umur 0-14 tahun sebesar 66,17 juta jiwa dan kelompok umur lebih dari 65 tahun berjumlah 17,37 juta jiwa

Productivity Paradox Indonesia. Produktivitas Indonesia termasuk kelompok rendah di ASEAN. ICOR Indonesia 6,8 terendah di ASEAN. Productivity manufacture Indonesia hanya 74,4 (dari skala 100 di bawah rata-rata ASEAN 78,2 dan urutan ke 8 atau ke3 terbawah di ASEAN.

Perspektif Spiritual. Kehidupan manusia sejak lahir menjadi bayi memiliki obsesi untuk bisa merangkat kemudian bisa berjalan. Menginjak usia anak banyak bermain dengan teman-teman sebanyanya. Memasuki usia sekolah belajar sejak SD, SLP, SLA dan Perguruan Tinggi. Setelah lulus studi obsesinya bekerja di suatu perusahaan atau organisasi tertentu atau berwira usaha sendiri untuk menjadi orang  yang sukses dengan segala aktivitas yang di cita-citakannya. Dengan berjalannya waktu maka tibalah masa pensiun atau lanjut usia untuk menikmati sisa hidup dengan segala keadaan yang dirasakannya yang mengalami penurunan fisik dan fungsi organ tubuh lainnya. 

Dalam menjalani longmarch atau perjalanan panjang kehidupan manusia tersebut, ada proses pembelajaran yang bisa kita angkat terutama penggunaan atau alokasi waktu yang tersedia. Ada sebuah analisa sederhana dengan pendekatan asumsi usia manusia 60 tahun, ternyata 20 tahun dihabiskan untuk bekerja, tahukah kita ternyata tidur atau istirahat menyedot waktu 18,8 tahun (hampir sepertiga bagian waktu), aktivitas lainnya 18,2 tahun dan yang patut kita cermati adalah hanya 1,39% atau 10 bulan dari 60 tahun waktu yang kita gunakan untuk ibadah. Pertanyaannnya, apakah kita merasa cukup dengan peruntukan waktu yang digunakan untuk beribadah? Adakah minat dan semangat untuk mentransformasikan alokasi waktu untuk beribadah?

 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS 51:56). Oleh karena itu saatnya kita meluruskan niat bahwa segala aktivitas yang kita lakukan adalah  untuk beribadah kepada Allah mulai sejak bangun tidur hingga saatnya tidur kembali. Ketika ketika bekerja di perusahaan atau organisasi atau usaha mandiri kita niatkan ibadah, ketika kita melakukan aktivitas sosial kemasyarakatan seperti memiliki komunitas hobby olahraga dan lainnya kita luruskan untuk beribadah. Ketika kita tidur atau istirahat, juga luruskan beribadah kepada Allah. Dengan demikian terjadi lompatan perolehan nilai ibadah kita.   

Bermuhasabbah dan berbenah. Sekarang kita masih hidup, tetapi siapa tahu besok atau lusa atau minggu depan atau bulan depan atau tahun depan, kita akan meninggal. Sekarang kita masih dapat menikmati tahun Ramadhan 1443H, tetapi siapa tahu tahun depan kita sudah tidak ada. Berbahagialah bagi mereka yang memperoleh nikmat umur yang panjang dan mengisinya dengan amalan yang baik dan perbuatan yang bijak “Sebaik-baik manusia adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya” (HR Ahmad).

Prinsip Kaizen. Istilah kaizen diambil dari bahasa Jepang. Kaizen dapat diartikan sebagai untuk perbaikan, perubahan menjadi lebih baik, atau perbaikan berkelanjutan. Kualitas : mulai dari produk, praktik terbaik, dan proses. Biaya : seperti bahan, energi, dan sumber daya. Pengiriman : waktu. Manajemen : pelatihan, sikap, alur kerja. Keselamatan dan kondisi kerja. Dari sekian banyak  referensi dan literasi tentang Kaizen antara lain memiliki prinsip-prinsip  Fokus pada pelanggan, Melakukan perbaikan terus menerus, Mengakui suatu masalah cecara terbuka, Mendorong keterbukaan, Menciptakan tim kerja, Mengelola proyek melalui tim lintas fungsional, Pengembangan proses hubungan yang tepat, Mengembangkan disiplin pribadi, Memberikan Informasi kepada setiap pekerja dan Membuat setiap pekerja menjadi mampu. Dari 10 prinsip Kaizen tersebut yang menjadi highlight dan relevan dengan bermuhasabbah adalah melakukan perbaikan secara terus-menerus.

Pola Pikir Ber Muhasabbah Berprinsip Kaizen. Secara umum pola pikir bermuhasabbah berprinsip Kaizen dapat diformulakan menggunakan pendekatan atau filosofi melakukan perbaikan berkelanjutan dengan memutar siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action).   Siklus PDCA ini dapat dilakukan secara individual dan secara komunal dengan segala aktivitasnya apakah bersifat proyek atau bukan proyek, apakah berupa design thinking atau bahkan yang bersifat strategic bagi suatu perusahaan atau organisasi. 

Dalam tataran transaksionalnya sebagai alternatif dapat menggunakan metode pemecahan masalah yang terdiri dari 8 steps yaitu Menentukan aktifitas,  Mengidentifikasi penyebab,  Menentukan solusi Merencanakan perbaikan,  Menerapkan rencana perbaikan,  Mengevaluasi solusi Menetapkan  standardisasi kemudian   Menentukan tema berikutnya.

Syukur yang tak kendur. “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.“ (QS 14 : 7).

Kisah inspiratif. Sejalan dan seirama syukur yang tak kendur ada sebuah kisah inspiratif yang patut menjadi learning process atau ibrah bagi kita.  Seorang petani dan istrinya begandengan tangan menyusuri jalan sepulang dari sawah sambil diguyur hujan. Tiba-tiba lewat sebuah motor di depan mereka, berkatalah petani kepada istrinya “Lihat bu, betapa bahagianya suami istri yg naik motor itu meski kehujanan tapi mereka bisa cepat sampai di rumah tidak seperti kita yg harus lelah berjalan dan basah kuyup utk sampai ke rumah”.

Sementara itu pengendara motor dan istrinya yang sedang berboncengan di tengah derasnya hujan melihat sebuah mobil pick up lewat di depan mereka. Pengendara motor itu berkata kpd istrinya “Lihat itu, betapa bahagianya orang yang naik mobil itu, mereka tidak perlu kehujanan seperti kita”. Di dalam mobil pick up yg dikendarai sepasang suami istri terjadi perbincangan ketika sebuah sedan Mercedes Benz lewat, “Lihat bu, betapa bahagianya orang yg naik mobil bagus itu, pasti nyaman dikendarai tdk seperti mobil kita yg sering mogok”

Pengendara mobil Mercedes Benz itu adalah seorang pria kaya, dan ketika dia melihat sepasang suami istri petani yang berjalan bergandengan tangan di bawah guyuran air hujan, pria kaya itu berkata dalam hati , “Betapa bahagianya suami istri itu, mereka dengan mesranya berjalan bergandengan tangan sambil menyusuri indahnya jalan di pedesaan ini, sementara aku dan istriku tidak pernah punya waktu untuk berduaan karena kesibukan masing-masing.

Culture paradigm change. Ada perubahan paradigma budaya yang bisa mengkomparasikan antara paradigma lama dan paradigma baru. Paradigma lama berorientasi pada  Training, High Spec, Fixed, Supervisory, Materiality, Competitive, Static, Short term, Corrective. Di sisi lain ada paradigma baru yang berorientasi pada  Learning, High Impact, Flexibility, self-monitoring, Spirituality, Participative, Dynamic, Long terms, Preventive. Ada 1 indikasti yang menarik dan menjadi renungan kita adalah perubahan paradigma dari   materiality ke spirituality.

Kunci kesuksesan. Sudah lazim bahwa setiap manusia  memilki obsesi kesuksesan sehingga ada sebuah doa yang bermuatan “Jadikanlah permulaan hari ini menjadi kebaikan, di tengahnya menjadi keberuntungan dan di akhirnya menjadi kesuksesan”. Adapun  indikator kunci kesuksesan dapat diibaratkan  sebuah mobil  dengan instrumen setir adalah berilmu sehingga dalam  mengemudikannya dapat berjalan on the track sesuai norma dan kaidah kebenaran, ada saatnya melihat spion kanan kiri dan belakang, ada saatnya melihat atau menatap jauh ke depan. Dashboard sebagai simbol kejujuran untuk memonitor dan melakukan supervisi serta kontrol. Adapun instrumen rem adalah sebagai simbul bersabar dalam menjalankan amanah terutama ketika menghadapi tantangan bahkan musibah atau bencana. Sementara gas punya peran untuk bersyukur atas apa yang dicapai yang menjadi performance achievement dan tetap semangat untuk menggapai hari esok yang lebih baik lagi. Ada satu lagi instrumen adalah mesin sebagai simbol kasih sayang sehingga mesin kendaraan ketika dihidupkan menebarkan rasa kasih sayang kepada orang-orang yang terlibat di dalamnya untuk mencapai tujuan bersama.

Tetapkan target tanpa meleset. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS 59 : 18).   Disinilah pentingnya sebuah perencanaan baik jangka pendek, jangka menegah dan jangka panjang apabila kita gagal dalam merencanakan maka sama dengan merencanakan kegagalan itu sendiri. Sehingga penting bagi kita untuk membuat perencanaan di dunia yang fana ini dan hari esok di akhirat yang abadi.

Jadikan kesibukannya untuk memperbaiki diri.  Ketika kita memposisikan kesibukannya adalah  memperbaiki diri maka akan  menjadi wahana solusi atas hasil bermuhasabbah. Mulailah dari diri, kemudian dikembangkan ke keluarga/kelompok terdekat  berlanjut pada organisasi, perusahaan, negara bahkan alam semesta untuk menggapai keridlaan Allah bahagia di dunia dan akherat.

Jadilah  orang yang beruntung. “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung” (QS 3:104). Rasanya kita sependapat untuk menjadi orang yang beruntung sehingga  selayaknyalah memenuhi apa yang persyaratannya atau kriterianya yang tidak lain dan tidak bukan adalah mari menyeru kebaikan, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang munkar

Ramadhan time to recharge.  Di Ramadhan bulan puasa ini bisa dijadikan sebagai media atau kawah candradimuka bagi kita untuk melakukan isi ulang (recharge) atas segala opportunity for improvement yang dimiliki untuk menggapai hari esok yang lebih baik, yang lebih berkualitas dan yang lebih produktif lagi serta bernilai ibadah.

Sebagai penyemangat kita lantunkan pesan moral berikut ini :

Bila tuan ke Jakarta,
Jangan lupa singgah ke Monas
Mari kita saling bekerjasama,
Tingkatkan mutu & produktivitas

(Penulis : Suradi-Pejuang mutu dan produktivitas)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *