RAKERNAS : Media Cerdas Peningkatan Mutu dan Produktivitas

Penulis : Suradi – AMMPI

Antara Compliance dan Agility. Ada sebuah pendekatan yang mendasari penyelenggaraan RAKERNAS AMMPI 2022 ini adalah pemenuhan terhadap aspek legal sesuai yang tersurat dan tersirat dalam AD/ART organisasi AMMPI dan menjadi program tahunan AMMPI dalam berkiprah dan berkarya nyata menuai untuk menuai prestasi kinerja.

Dalam proses, perjalanan dan perjuangan panjang AMMPI menuntut agility baik secara personal oleh diri para pengurusnya maupun secara  komunal kelembagaan melalui organisasi AMMPI dalam menghadapi tantangan (challenges) dan memanfaatkan peluang (opportunities) untuk hari esok yang lebih baik dan lebih baik lagi.

Kiprah dan Karya Nyata AMMPI. Dalam RAKERNAS ini terdapat 5 bidang ditambah dengan fungsi kesekretariatan dan kebendaharaan DPP AMMPI yang memaparkan unjuk kerja dan usulan yang diharapkan. Tujuh pemateri utama ini telah melakukan konsolidasi internal per bidang masing-masing untuk merumuskan dan menyusun Program Kerja dan Capaian selama 2  tahun terakhir ini (2021-2022) dan usulan Kongres IV 2022.  Ke tujuh pemateri tersebut diawali oleh Bidang Hubung Luar Negeri kemudian dilanjutkan ke presenter berikutnya Bidang Penelitian & Pengembangan, Bidang Pengembangan Profesi & Sertifikasi, Bidang Dalam Negeri & Kemasyarakatan, Bidang Pengembangan Organisasi, Kesekretariatan dan Kebendaharaan.

Sedangkan untuk usulan Kongres IV 2022 secara umum memberikan angin segar, warna baru dan semangat terbarukan dengan munculnya beberapa usulan berupa konsep, desain organisas, metodologi dan portofolio   baru untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkannya sebagai peluang.

RAKERNAS AMMPI yang digelar pada  Sabtu, 23 Juli 2022 kalau kita kilas balik maka DPP AMMPI 2019-2022 telah memutar siklus PDCA selama  3 tahun kurang 1 bulan 3 hari  sejak kongres III AMMPI 2019 yang diselenggaraka pada tanggal 27 Agustus 2019.  Masih segar di ingatan kita bahwa 3 hari sejak penyelenggaraan Kongres III 2019 langsung gaspol dengan menelorkan rekomendasi ke pemerintah RI dan dilanjutkan berkolaborasi membangun ekosistem mutualistik dengan Lembaga Produktivitas Nasional (LPN) pada 12 September 2019 turut berkontribusi dalam Gerakan Nasional Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing (GN P2DS).

Meski setelah RAKERNAS pada 29 Februari 2020 kemudian dilanda pandemi Covid-19 baik di tingkat lokal, regional dan nasional bahkan tingkat global  namun banyak dan beragam kiprah dan karya nyata yang telah dan terus kita dedikasikan dan kontribusikan untuk negeri dan  menjadi value creation antara lain :

  1. Peran bidang penelitian dan pengembangan dalam menggoalkan program GPEA yang diikuti oleh beberapa aplikan perusahaan di Indonesia dan program IPEA yang merupakan program baru pada tahun ini dan langsung ada 2 institusi yang mengikuti IPEA yaitu dunia akademisi (BINUS) dan perusahaan (anak perusahaan BUMN). Beberapa program training baru  antara lain Global Assessor Course (GAC).
  2. Peran bidang pengembangan profesi dan sertifikasi untuk membangun ekosistem mutualistik dengan asosiasi yang berafiliasi terhadap produktivitas antara lain APPRODI dan sejenisnya.
  3. Peran bidang hubungan dalam negeri dan kemasyarakatan menyelenggarakan benchmark atau studi banding dalam negeri antara lain ke  PT. Toyota Manufacturing Indonesia dan merintis kolaborasi dengan Toyota Academy untuk menyelenggarakan webinar (ALIF dan lainnya) serta peluang berkolaborasi dengan BLK dan sejenisnya.
  4. Peran bidang hubungan luar negeri yg tetap mempertahankan peserta GPEA dan mencari aplikan baru GPEA, benchmark tingkat internasional dengan pihak luar negeri  serta keikutsertaan beberapa perusahaan  dalam event inovasi internasional.
  5. Peran bidang pengembangan organisasi yang terus berusaha mempertahankan anggota yang ada  dan mencari anggota baru (beberapa orang secara personal maupun komunanl berminat  bergabung menjadi anggota baru di AMMPI).

Ke depan sinergitas antar bidang semakin kita perkuat dan memperjelas TUPOKSI yang dirumuskan dalam proses lateral antara lain IPEA, penyelenggaraan webinar (ALIF dan lainnya)  oleh Bidang Hubungan Dalam Negeri & Kemasyarakatan. Selain kiprah dan karya nyata melalui pendekatan struktural dan formal organisasi AMMPI maka ada terobosan baru dan kepedulian pejuang AMMPI yang langsung dilakukan oleh Ketua Umum DPP AMMPI dengan menyelenggarakan program EMAS yaitu Edukasi Mutu Awal Santri ke beberapa pesantren di Serpong dan sekitarnya bahkan mendapatkan support dari WKM untuk pemberian hadiah kepada santri aktif atau berprestasi.

Adaptif dan Perbaikan Bekelanjutan. Dengan semakin berkembang dan perubahan lingkungan yang terjadi serta tuntutan para pemangku kepentingan yang semakin dinamis dan sophiscated menjadi challenge (tantangan) AMMPI sehingga wajib hukumnya untuk menyikapi dan mensolusikannya sebagai big opportunity bagi pejuang AMMPI yang tetap komitmen dan konsisten untuk mendedikasikan diri sebagai pejuang mutu dan produktivitas.

Beberapa konsep, design  thinking dan new portfolio & methodology telah digagas, diisiasi dan dipresentasikan pada saat RAKERNAS. Untuk lebih fokus pembahasannya maka menjadi embrio untuk diangkat dalam Focus Group Discussion (FGD) dalam sesi khusus Kongres IV 2022 dan mulai dikomunikasikan juga melalui media sosial dan media digital AMMPI. Terus semangat dan semangat terus …. Itulah komitmen pejuang AMMPI berkontribusi untuk negeri.

Terus semangat menyongsong Kongres ke Empat.

Harapan kita  dengan RAKERNAS  ini sebagai media konsolidasi intern dan antar bidang dalam memperkuat soliditas, solidaritas dan sinergitas AMMPI untuk menjaga dan meningkatkan  positive sustainability growth. Selain itu RAKERNAS ini juga sebagai bridging menuju susksesnya Kongres IV AMMPI 2022.

Sukses gelaran RAKERNAS menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam memotret performansi dan membangun proses lateral secara holistic view dan terintegrasi secara terstruktur, terukur dan tertelusur. Banyak potensi dan talenta yang menjadi diamond yang masih terpendam mulai dari komitmen, konsistensi dan kompetensi para pejuang mutu dan produktivitas sejati. Mari kita aktualisasikan dalam tataran program aksi dan operasional di lapangan sebagai upaya untuk memberikan Customer solustion melalui Communication dengan memanfaatkan media sosial dan media digital serta memberikan Convinient channel yang bisa mempermudah dan mempercepat akses dan respon atas dinamika pemikiran atau gagasan para talenta dan the next generation AMMPI. 

Anak ayam turun sepuluh, mati satu tinggal Sembilan.

Setelah RAKERNAS songsong KONGRES secara utuh dengan semangat kebersamaan.

Bila hari ini hari Sabtu maka kemarin hari Jumat

Potensi AMMPI yuk bersatu padu, raih prestasi penuh semangat

Selamat bekerja dan bekerja sama setelah mengikuti RAKERNAS menyongsong Kongres IV. Teriring doa semoga Allah mudahkan dan berkahi segala urusan kita. Aamiin

Antara Budaya K3 dan Peningkatan Mutu dan Produktivitas

Penulis : Suradi-AMMPI

  1. Latar Belakang

Industri kerja telah berhasil menurunkan tingkat kecelakaan dengan mengadopsi perbaikan engineering dan penerapan sistem manajemen K3 yang lebih maju. Namun, kinerja K3 telah mencapai tahap stagnan. Meski sudah banyak uang dan usaha yang dikeluarkan, peningkatan kinerja yang dihasilkan tidak berbeda signifikan dari tahun-tahun sebelumnya.

Saat ini, sebagian besar kecelakaan berasal dari kesalahan (error) atau pelanggaran (violation) pekerja. Langkah besar yang harus ditempuh adalah membangun budaya K3 yang baik dan benar, sehingga mempengaruhi perilaku pekerja secara positif, yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat kesalahan dan pelanggarannya serta meningkatkan produktivitas kerja.

Budaya, bisa kita definisikan secara sederhana sebagai perilaku, nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi dasar ‘cara melakukan sesuatu’ yang dilakukan seseorang maupun kelompok dalam suatu perusahaan.

Terdapat acuan klasifikasi tahapan budaya K3 perusahaan. Dengan mengetahui di posisi  mana perusahaan berada, maka dapat mengetahui apa saja yang diperlukan untuk menuju budaya K3 dalam perusahaan.

2. Analisa Situasi

2.1       Situasi masa lalu

Banyak perusahaan secara komunitas yang beranggapan penerapan Sistem Manajemen K3 menjadi beban yang membutuhkan biaya dan investasi yang cukup besar sehingga tidak menjadi skala prioritas dalam perencanaan dan operasionalnya.

Di sisi lain kesadaran para pekerja maupun manajemen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3 masih dirasakan sebagai beban tambahan sehingga masih terkesan merepotkan dalam melaksanakan suatu pekerjaan bahkan tidak ada sangsi yang diberikan ketika seseorang melanggar kaidah atau aturan K3 baik oleh manajemen internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan termasuk pemerintah.

Organisasi sebagai salah satu perusahaan di bumi nusantara ini yang menerapkan Sistem Manajemen K3 masih belum terintegrasi secara nasional sehingga masih berorientasi pada unit bisnis masing-masing. Dari sisi budgetnyapun masih bervariasi besarannya dan cenderung mengalami kesulitan dalam mengendalikannya  serta mengevaluasinya.

2.2 Situasi masa kini

Posisi saat ini meski telah banyak mengalami perubahan paradigma ke arah yang lebih baik terhadap implementasi Sistem Manajemen K3 baik secara individual maupun korporasi namun secara umum persentasenya masih relatif kecil performansi mitra yang menyediakan jasa pengamanan khusus budaya pelayanan  belum diukur oleh Organisasi yang dituangkan dalam isian checklist.

Kemampuan sumber daya dalam budaya pelayanan yang dimiliki tidak optimal mengingat sistemnya belum terbangun dan diatur secara kontraktual.

Organisasi dengan transformasi organisasi yang digulirkan dengan terbentuknya unit kerja pengelola K3  secara terpusat maka lebih memudahkan sistem komando dan budget secara nasional dalam menerapkan Sistem Manajemen K3. Dalam penerapannya mulai terintegrasi secara nasional namun budaya K3 secara korporasi belum terbangun secara overall.

2.3       Situasi masa depan

Dengan memperhatikan situasi masa lalu dan masa kini dengan segala kompleksitas permasalahannya harus diikuti dengan perubahan-perubahan ke depan yang lebih baik. Bentuk pola penerapan Sistem Manajemen K3 hendaknya berorientasi pada peningkatan profesionalisme dan proporsinya yang menjadikan K3 sebagai budaya perusahaan. Perubahan dan trend yang muncul dapat dimanfaatkan dengan pendekatan secara komprehensif dan terintergrasi dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 di Organisasi. Ada beberapa segmen yang langsung maupun tidak langsung merasakan fungsi dan peran K3 menjadi budaya perusahaan  ini antara lain para stakeholder seperti para pegawai, para pelanggan, regulator dan mitra kerja  lainnya.

3. Analisa Masalah

3.1       Analisa OTSW

Opportunities : Memiliki mitra kerja yang membidangi penerapan Sistem Manajemen K3. Kesadaran para stakeholders antara pelanggan dan tamu Organisasi akan pentingnya penerapan Sistem Manajemen K3. Semakin banyaknya peluang Organisasi dalam mengikuti tender yang mensyaratkan penerapan Sistem Manajemen K3  dan sertifikasi K3.

Threats : Perusahaan lain yang telah menerapkan Sistem Manajemen K3 secara lebih komprehensif dan integratifKesiapan perusahaan lain dalam mengikuti tender yang mensyaratkan sertifikasi Sistem Manajemen K3.

Strengths : Kesiapan perusahaan dan karyawan dalam menerapkan Sistem Manajemen K3. Sumber daya keuangan yang menunjang untuk penerapan Sistem Manajemen K3.  Teknologi yang dimiliki untuk keperluan monitoring penerapan Sistem Manajemen K3 dengan aplikasi SMK3 dan Safety Care.

Weakness : Mind set karyawan yang masih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan K3 yang sesaat sehingga dapat menimbulkan resistensi dan menjadi beban tambahan. Kurangnya kemauan perusahaan untuk mengenali dan atau menangani isu yang menyebabkan buruknya kinerja K3. Anggapan perusahaan sebagian besar masalah ada di tingkatan pekerja terendah dan karyawan masih minim kesadarannya serta hanya menginginkan program K3 yang sederhana. Orientasi pelaksanaan program K3 hanya untuk memperbaiki isu kinerja seperti kecelakaan kerja

3.2     Key Success Factor

Agar sukses dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 yang menjadi key success factors antara lain awareness dan understanding para karyawan dan manajemen Organisasi  dalam menjalankan budaya K3, adanya sistem pengukuran kinerja budaya K3 dan kesiapan teknologi yang menunjang kelancaran usaha menuju budaya K3 dalam perusahaan.

4. Analisa Keputusan

4.1       Objective

Strategic : Yang menjadi tujuan secara strategis adalah untuk menerapkan K3 dengan seutuhnya sehingga menjadi budaya perusahaan yang berdampak pada kelangsungan bisnis perusahaan yang diaktualisasikan keseharian kerja dan pencitraan melalui budaya K3.

Financial : Besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membiayai penerapan Sistem Manajemen K3 cukup signifikan sehingga perlu diformulakan skema baru yang dapat mendukung program K3 sebagai budaya perusahaan secara konsisten.

4.2       Challenges

Business : Dari aspek bisnis tantangan yang dihadapi dalam menerapkan K3 sebagai budaya perusahaan adalah untuk menjaga kelangsungan bisnis perusahaan. Risiko yang muncul dalam bisnis sering tidak terdeteksi sehingga perlu langkah-langkah preventive action yang dapat meminimize terjadinya risiko.

Operational : Secara operasional, penerapan Sistem Manajemen K3 dapat menjadi ruh bagi setiap karyawan Organisasi dan ditunjukkan dalam keseharian dalam menjalankan operasional.

Human Resource : Kesiapan personil yang terkait dengan penerapan Sistem Manajemen K3 menuntut kesadaran para karyawan dan perusahaan yang memiliki korelasi terhadap biaya yang dikeluarkan dan budaya K3.

  • Generic Strategies :

Cost Leadership : Ketika K3 menjadi budaya perusahaan mejadi suatu keputusan maka perlu diikuti dengan cost leadership yang memiliki multiflier effect terhadap tataran operasional.

Focus cost : Dalam berbisnis menuntut kebijakan internal perusahaan yang mempertimbangkan terhadap pengendalian cost yang dikeluarkan dibandingkan dengan benefit atau manfaat yang didapatkan. Sehingga focus cost menjadi salah satu pilar dalam menjaga kontinuitas bisnis Organisasi melalui budaya K3 ini.

Differention : Perlu dituntut kreativitas dan inovasi dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 sehingga dapat menggerakkan dan motivasi para karyawan dan stakehlder lainnya untuk menerapkannya dan merasakan manfaat yang diperolehnya.

5. Analisa Masalah Potensial

5.1       Strategi Implementasi :

Financial perspective, indikasi dampak yang ditimbulkan dari budaya K3 dalam perusahaan, dapat disolusikan dengan optimalisasi anggaran yang terkait dengan Sistem Manajemen K3  baik secara  internal maupun eksternal.  

Customers Perspective , indikasi dampak yang ditimbulkan dari budaya K3 dalam perusahaan dapat disolusikan dengan melibatkan dan koordinasi dengan unit yang terkait dalam operasionalnya.

Internal Business Process Perspective, indikasi dampak yang ditimbulkan dari budaya K3 dapat disolusikan dengan mensistemkan kebijakan budaya K3.

Learning & Growth Perspective, indikasi dampak yang ditimbulkan dari budaya K3 yang terkait dengan learning & growth dapat disolusikan dengan kesadaran dan kesepahaman dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 menjadi budaya perusahaan.

Benefit analysis

Dengan menerapkan budaya K3 dalam perusahaan maka diperoleh beberapa manfaat yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan mutu dan produktivitas kerja karyawan sehingga berkontribusi terhadap kelangsungan bisnis perusahaan secara jangka panjang. Adapun manfaat secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :

6. Kesimpulan dan Saran

a.         Kesimpulan

Menyimak permasalahan yang dihadapi terdapat beberapa kondisi saat ini yang menimbulkan kesenjangan sebagai berikut :

  • Mind set karyawan yang masih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan K3 yang sesaat sehingga dapat menimbulkan resistensi dan menjadi beban tambahan.
  • Kurangnya kemauan perusahaan untuk mengenali dan atau menangani isu yang menyebabkan buruknya kinerja K3.
  • Anggapan perusahaan sebagaian besar masalah ada di tingkatan pekerja terendah dan karyawan masih minim kesadarannya serta hanya menginginkan program K3 yang sederhana
  • Orientasi pelaksanaan program K3 hanya untuk memperbaiki isu kinerja seperti kecelakaan kerja
  • Belum  menerapkan Sistem Manajemen K3 secara lebih komprehensif dan integratif.
  • Saran

Sebagai solusi atas permasalahan yang ada terkait dengan budaya K3 dalam perusahaan adalah sebagai berikut :

  • Kesiapan perusahaan dan karyawan dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 menjadi budaya perusahaan
    • Sumber daya keuangan yang menunjang untuk penerapan Sistem Manajemen K3.
    • Teknologi yang dimiliki untuk keperluan monitoring penerapan Sistem Manajemen K3 dengan aplikasi SMK3 dan Safety Care
    • Organisasi memiliki mitra kerja dan kolaborator antara lain anak perusahaan (yang membidangi penerapan Sistem Manajemen K3.
    • Kesadaran para stakeholders antara pelanggan dan tamu Organisasi akan pentingnya penerapan Sistem Manajemen K3.

Semakin banyaknya peluang Organisasi dalam mengikuti tender yang mensyaratkan penerapan Sistem Manajemen K3  dan sertifikasi K3.